Ladies penggemar film anak-anak yang berjudul Petualangan Sherina? Atau film romansa sepanjang masa, Ada Apa Dengan Cinta? Semua film terbaik milik Indonesia itu adalah hasil karya seorang produser film bernama Mira Lesmanawati ini, lho. Perempuan yang akrab disapa dengan panggilan Mira Lesmana ini adalah salah seorang produser film asal Indonesia yang menghidupkan kembali industri perfilman Indonesia pada tahun 2000-an. Ia merupakan anak dari tokoh jazz Indonesia, Jack Lesmana dan penyanyi senior Indonesia berdarah Jawa pada tahun 60-an, Nien Lesmana.
Lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang dikenal sebagai produser bertangan dingin ini memulai kariernya di perusahaan periklanan. Pada tahun 1996 Mira Lesmana mendirikan Miles Productions, yang kemudian memproduksi beberapa film-film sukses seperti Ada Apa Dengan Cinta, Petualangan Sherina, dan Laskar Pelangi.
Pada tahun 2016, Mira Lesmana memproduksi Ada Apa dengan Cinta 2, sekuel dari Ada Apa dengan Cinta. Seperti pendahulunya, film ini menjadi film dengan jumlah penonton lebih dari 3,6 juta orang, lho! Luar biasa ya, Ladies?
Di tahun yang sama, Mira Lesmana juga merilis Athirah (Emma'), sebuah film yang terinspirasi oleh kehidupan ibu Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla. Film ini memenangkan Penghargaan Citra dan Penghargaan Maya untuk Film Terbaik dan telah diputar di beberapa festival film internasional dengan ulasan positif.
Namun di balik semua kesuksesannya, terdapat perjuangan yang harus Ia lakukan bersama rekan-rekannya. Seperti saat awal karirnya di dunia film, bersama Rizal Mantovani, Riri Reza, dan Nan Triveni Achnas, nekat membuat film Kuldesak dengan dana minim, bahkan melanggar aturan dalam proses pembuatan film. Menurut aturan, seseorang baru boleh menyutradarai sebuah film kalau Ia sudah empat kali menjadi asisten sutradara. Selain itu, para pemain film harus anggota Parfi (Persatuan Artis Film Indonesia) dan produsernya harus menjadi anggota PPFI (Persatuan Produser Film Indonesia). Tanpa izin mereka melakukan pembuatan film secara diam-diam. Untunglah, sampai pembuatan film Kuldesak selesai, mereka tidak terkena lampu merah dari pemerintah. Tidak berhenti di situ, setelah film selesai Mira bersama teman-teman pun berupaya agar filmnya dapat diputar di bioskop Indonesia, juga bekerjasama dengan salah satu produk agar menarik penonton sebanyak mungkin. Suatu hal yang gak biasa yang dilakukan produser film pada waktu itu.
Kenapa harus berjuang sekeras itu? Ingin membangkitkan perfilman dalam negeri yang sempat mati suri adalah salah satu tujuan besarnya. Akhirnya seperti yang Ladies ketahui, perjuangan keras Mira Lesmana dan kawan-kawan berbuah manis, perfilman Indonesia semakin bangkit dan terus menghasilkan karya-karya yang membanggakan.
Tentu saja di usia kepala limanya, Mira Lesmana masih setia mengajak penikmat film Indonesia dengan film-film yang mengandung banyak amanat baik dan pelajaran tentang hidup di dalamnya. Sangat inspiratif ya!